Sabtu 9 Februari 2019, sekitar seratus peserta yang kebanyakan anak muda mengikuti program Kelas Eksekutif YukNgaji (KEY) di salah satu hotel berbintang di kota Yogyakarta. KEY merupakan program kajian Islam yang ditawarkan oleh komunitas YukNgaji, sebuah komunitas yang didirikan oleh aktivis muda Hizbut Tahrir (HT) di Indonesia seperti Felix Y. Siauw, Husain Assadi, dan aktivis muda HT lainnya. Melalui komunitas yang mulai berjalan sejak tahun 2016 para aktivis muda HT berusaha mengemas ide-ide HT yang politis dan terkesan berat bagi anak muda menjadi kumpulan materi dan kegiatan pengajian yang ringan, menarik, dan sesuai dengan kultur anak muda. Hingga tahun 2020, komunitas ini sudah mendirikan cabang di 34 kota di Indonesia, salah satunya di Yogyakarta. 

Selain itu, para pencetus komunitas ini secara kreatif membingkai kegiatan mereka dengan istilah “hijrah”. Terma populer di kalangan anak muda Muslim perkotaan saat ini tersebut bermakna usaha untuk menjadi pribadi Muslim yang taat. Mereka –para anak muda- yang baru berhijrah membutuhkan adanya sebuah lingkaran pertemanan yang mendukung langkah hijrah mereka, juga memerlukan program pengajian yang dapat menambah wawasan keislaman. 

KEY adalah program yang cukup “vital” di komunitas YukNgaji. Di KEY inilah ide-ide HT dapat disirkulasi dengan intensif dan terbuka dibanding beberapa kegiatan yang YukNgaji selenggarakan secara umum. Di KEY ini pula, para anggota komunitas mulai membuka diri tentang apa yang sebenarnya ingin mereka sampaikan. Singkatnya, KEY merupakan pintu masuk bagi anak muda untuk bisa mengenal ide-ide dasar HT, juga sekaligus pintu masuk bagi mereka yang ingin bergabung dengan gerakan HT di Indonesia.

Saat saya mengikuti KEY angkatan ke-10, kegiatan diadakan di salah satu hotel bintang tiga di Yogyakarta. Hotel tersebut lumayan megah. Pilar-pilar raksasa di bagian depan hotel terlihat seperti kuil Yunani. Bahkan nama ruangan tempat diselenggerakannya pengajian diambil dari nama salah satu dewa dalam mitologi Yunani. Hotel tersebut dihiasi oleh berbagai patung dan lukisan bergaya klasik. Di tempat seperti inilah pengajian itu kemudian digelar.

Tentu saja tidak sulit bagi panitia untuk menyewa ruangan yang tergolong mewah itu. Para peserta yang jumlahnya saat itu mencapai lebih dari seratus orang telah membayar uang sebesar 250.000 rupiah untuk empat kali pertemuan (satu sesi pertama). Dengan biaya tersebut, selain mendapatkan ruangan ber-AC, para

peserta juga mendapatkan modul yang berisikan materi-materi KEY. Jika dihitung-hitung, kegiatan tersebut memberikan keuntungan yang cukup besar untuk komunitas. Hal ini diakui oleh salah satu anggota komunitas yang menjadi panitia penyelenggara kegiatan. Menurut mereka, keuntungan yang ada akan disimpan di kas komunitas dan digunakan untuk keperluan dakwah.

Setiap peserta yang baru hadir di ruangan akan langsung disambut oleh panitia. Para panitia tersebut akan duduk di samping peserta baru dan mengajak mereka untuk bersalaman dan berkenalan. Tujuan dibentuknya panitia pendamping peserta baru ini adalah agar para peserta merasa betah dan nyaman saat berada di dalam ruangan. Di luar pertemuan, panitia-panitia khusus ini juga bertugas menjadi teman “hijrah” yang akan mendampingi para peserta baru dalam memahami materi-materi yang sudah disampaikan di kelas. Mereka biasanya akan membahas materi-materi itu dalam suatu pertemuan yang diadakan di kafe atau tempat nongkrong para anak muda. Mereka menyebut kegiatan ini dengan istilah “hangout”. 

Berbeda dengan pengajian tradisional yang biasa dilaksanakan di masjid ataupun surau, pengajian di KEY lebih mirip dengan seminar motivasi dan bisnis. Bahkan bila kita melihat selebaran promosi KEY yang tersebar di media sosial, mereka lebih memilih istilah “trainer” dibandingkan “ustaz” untuk menyebut orang yang bertugas menyampaikan materi di program tersebut. Tampilan trainer juga tampak berbeda dengan penceramah-penceramah pada umumnya. Di panggung, mereka lebih sering menggunakan celana panjang, sepatu kets, dan baju kaus pendek bertuliskan “YukNgaji”. Dalam menyampaikan materi, trainer menggunakan berbagai peralatan, seperti laptop, proyektor, layar proyektor, dan sound system. Semua peralatan ini berfungsi untuk menampilkan media audio dan visual yang sudah disiapkan oleh trainer. Dengan demikian, selain mendengarkan penjelasan trainer, para peserta juga menyimak materi pengajian dalam bentuk gambar, suara, dan video. 

Pada pertemuan pertama, tema materinya adalah “Hijrah Berjamaah” yang intinya memberikan motivasi agar para peserta baru tetap istikamah mengikuti KEY. Ihwal ini penting karena program akan berlangsung sebanyak empat sesi, yaitu sesi aqidah, hijrah, sejarah, dan dakwah. Kecuali sesi dakwah yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, sesi-sesi lainnya dikemas dalam empat kali pertemuan.

Tema-tema materi yang ada di berbagai sesi di atas diberi judul yang menarik. Di antaranya Finding God (membahas jalan beriman kepada Tuhan), Will of God (membahas perkara takdir), The Way of Life (membahas sumber kebenaran yang sering kali digunakan manusia saat ini), The Way of Islam (sumber kebenaran dalam Islam), The Real Saviour (membahas sejarah Nabi Muhammad dan para sahabat), The Lost History (membahas sejarah kegemilangan Islam di zaman kerajaan Umayyah dan Abbasiyah), dan berbagai tema materi lainnya. Tema-tema yang lebih banyak menggunakan bahasa Inggris dibanding bahasa Arab atau bahasa Indonesia ini menunjukkan usaha komunitas untuk terlihat modern, alih-alih “Islami”.

Selain itu, materi yang disampaikan juga diolah dalam bentuk yang menarik. Berbagai video pendek dan beberapa potongan film hollywood disisipkan di dalam slide presentasi. Bahkan tokoh kartun seperti Tarzan juga disertakan untuk memudahkan trainer dalam menjelaskan materinya kepada peserta. Menariknya lagi, filosofi hidup dari tokoh agama lain, seperti Dalai Lama, juga digunakan untuk mendukung argumen trainer. Semua konten ini bercampur dengan dalil-dalil dari Alquran, Hadis, serta ide-ide politik HT. 

Kegiatan ini tidak hanya berisikan penyampaian materi, tapi juga diselingi dengan berbagai macam permainan dan ice breaking. Beberapa permainan yang sempat dimainkan di awal pertemuan adalah permainan yang mereka beri nama “secret message” dan “copy act”. Permainan ini mirip dengan permainan yang sering dimainkan dalam berbagai acara di media televisi dan online (youtube). Sederhananya, permainan ini mengharuskan para peserta untuk melanjutkan pesan dan menebak gerak yang disampaikan oleh peserta lain. Gelak tawa pecah ketika para peserta yang ada di dalam permainan gagal atau bertingkah lucu saat mengikuti permainan tersebut.

Semua materi yang dikemas dengan menarik ini tentu saja tidak akan diterima dengan optimal tanpa ada peran yang kuat dari sosok trainer. Trainer yang saat itu mengisi program KEY di komunitas YukNgaji Yogyakarta tidak berasal dari latar belakang pendidikan Islam, seperti pesantren. Walau begitu, ia adalah anak muda yang sudah terlatih dan berpengalaman dalam hal public speaking (berbicara di depan umum). Ia memiliki retorika yang baik dan lihai dalam membangun emosi peserta. Ia bisa membuat para peserta terhibur dan tertawa dengan lelucon yang kocak. Di sisi lain, pada materi-materi tertentu, ia juga bisa membuat peserta sedih hingga menangis. Bahasa yang ia pakai bukanlah bahasa formal dan ilmiah, melainkan bahasa yang dekat dengan anak muda. Kolaborasi antara materi yang menarik dan trainer yang terampil juga terlatih inilah yang membuat para peserta betah duduk selama kurang lebih enam jam di dalam ruangan. 

Namun, bila kita kupas lebih dalam materi-materi yang ada di KEY, kita akan dengan mudah mendapati bahwa inti dari materi-materi yang disampaikan oleh para trainer berasal dari pemikiran Taqiyuddin An-Nabhani, pendiri HT. Misalnya, di sesi terakhir yaitu sesi dakwah, disampaikan bahwa seluruh umat Islam wajib berjuang untuk mendakwahkan sistem khilafah. Unsur politis juga terlihat ketika trainer selalu memulai pertemuan di KEY dengan menyampaikan berita-berita politik terkini yang berisi kecurangan dan kezaliman pemerintah. Usaha ini bertujuan untuk melemahkan kepercayaan para peserta yang mayoritas merupakan anak muda terhadap sistem pemerintahan demokrasi yang ada di Indonesia. Lewat cara ini, perlahan-lahan para peserta akan meyakini dan setuju terhadap apa yang disampaikan oleh trainer. Ide-ide HT yang dibungkus dengan menarik dan tersusun rapi ini membuat peserta tidak sadar bahwa apa yang mereka pelajari adalah ide-ide HT. Buktinya, beberapa peserta mengakui bahwa ketika semua sesi ini berakhir (sekitar empat bulan pengajian), barulah mereka tahu bahwa materi yang mereka terima berasal dari ide-ide HTI. Biasanya, setelah mengikuti program KEY ini pulalah mereka baru sadar, bahwa anggota komunitas YukNgaji yang setiap hari mereka temui itu adalah para anak muda yang sedang -dan sebagiannya sudah- bergabung dengan gerakan HT. 

Seluruh rangkaian kegiatan KEY didokumentasikan oleh tim media yang juga sudah dibentuk oleh komunitas YukNgaji. Para anggota mengabadikan berbagai kegiatan yang ada di KEY dalam bentuk foto dan video. Seusai kegiatan, para tim ini akan mengunggah foto dan video yang sudah mereka edit ke media sosial komunitas. Para peserta yang tadinya telah mengikuti KEY akan dengan senang hati menyukai, mengomentari, hingga membagikan kembali foto dan video mereka dari media sosial komunitas. Dengan cara itu, media sosial komunitas berikut kegiatan mereka di dalamnya akan semakin tersebar di dunia maya.

Semua ini adalah gambaran bagaimana dakwah “Islamis” ketika berada di tangan anak muda. Saat mereka diberi kesempatan untuk menjadi agen penyebar ide-ide Islamis, mereka akan menyesuaikan berbagai materi dan kegiatan agar selaras dengan kultur anak muda.  Mereka sadar bahwa bila mereka tidak menyesuaikan diri, “dakwah” mereka tidak akan diterima dan diminati. Di tangan anak muda pula kegiatan ini tampak lebih terstruktur dan terencana. Semuanya berkat keahlian dan semangat yang luar biasa yang khas dari anak muda. Latar belakang pendidikan mereka yang kebanyakan bukan dari pendidikan Islam, melainkan pendidikan umum, seperti studi ilmu komputer, media, dan komunikasi juga mendukung terciptanya media, materi, dan kegiatan yang menarik. Selain itu, keterbukaan komunitas terhadap bakat dan minat para anggotanya, membuat komunitas ini kaya akan kreasi dan inovasi dalam setiap kegiatannya. Hal ini pulalah yang membuat komunitas ini bisa terus selaras dengan kultur anak muda, karena para anak muda ini tahu apa yang sedang tren dan digemari oleh anak muda saat ini. 

Gambar adalah hasil karya Pok Rie berjudul Photo Of Person Reading Quran dengan lisensi Free to Use yang diunduh dari https://www.pexels.com/photo/photo-of-person-reading-quran-683833/

Shares:
Show Comments (0)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *